Pertama se Asean, ITB & Jepang Akan Laksanakan Teknologi CCS di Blora

Sumber gas Blok Gundih di Kecamatan Kradenan akan menjadi lokasi penangkapan carbon guna penerapan teknologi CCS, (foto: dok-ib)
BLORA. Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerjasama dengan JICA (Japan Internasional Cooperation Agency) dan Waseda University semakin mantab memilih Blora sebagai lokasi penerapan teknologi ramah lingkungan berupa penanaman gas carbon ke dalam bumi guna pengurangan pemanasan global.

Bahkan Kabupaten Blora akan menjadi daerah pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara, yang akan melaksanakan program penerapan teknologi tangkap, angkut, simpan karbon atau carbon capture and storage (CCS) ini. CCS akan dilaksanakan dengan memanfaatkan gas buang carbon yang dihasilkan Blok Gundih dari Desa Sumber Kecamatan Kradenan.

''Menurut rencana, pembangunan infrastruktur program tersebut akan dilakukan tahun ini di Blora. Adapun pendanaanya berasal dari Asian Development Bank (ADB),''ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Blora, Sutikno Slamet, melalui Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan dan Perencanaan Rini Setyowati, kemarin.

Melalui program tersebut, gas karbon dari kawasan pertambangan minyak dan gas (migas) Blok Gundih di Kecamatan Kradenan yang bisa meningkatkan pemanasan global jika dilepas bebas ke udara, akan dikumpulkan kemudian diangkut dan diinjeksi atau disimpan di tanah di sumur Jepon-01.

Menurut Rini Setyowati, sumur Jepon-01 yang berada di Kecamatan Jiken akan dijadikan tempat penyimpanan karbon tersebut. Namun sebelum digunakan, sejumlah infrastruktur akan dibangun di sumur migas yang sudah lama tidak terpakai itu. ''Lokasinya berada di kawasan hutan Kecamatan Jiken. Direncanakan, infrastruktur itu akan mulai dibangun akhir tahun ini atau awal 2018,'' tandasnya.

Untuk mematangkan rencana pelaksanaan program CCS, kata Rini, pada Juli akan digelar simposium di Blora. Simposium tersebut merupakan simposium terakhir sebelum melangkah ke pembangunan infrastruktur fisik.

Simposium persiapan penerapan CCS di Waseda University, belum lama ini.
(foto: dok-rini)
Sementara itu, Samgautama Karnajaya, mantan kepala Bappeda Blora mengungkapkan, pihaknya belum lama ini bersama Wakil Bupati dan Kepala Bappeda Sutikno Slamet mengikuti simposium di Jepang sebagai tindak lanjut dari program CCS yang pernah disosialisasikan di pendapa rumah dinas bupati Blora, tahun lalu.

Samgautama Karnajaya yang kini menjabat kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) menuturkan, tim CCS antara lain dari ITB akan melakukan survei ke lokasi sumur Jepon-01. ''Surveinya direncanakan dilakukan 19 Februari,''katanya.

Program CCS sebelumnya pernah disosialiasikan di pendapa rumah dinas bupati Blora tahun lalu. Hadir dalam sosialisasi itu, Bupati Djoko Nugroho, Wakil Rektor ITB Bidang Keuangan Perencanaan dan Pengembangan Prof Dr Wawan Gunawan A Kadir serta perwakilan dari Jepang yakni Dr Masami Hato dari Waseda University Jepang, Dr. Toru Takahashi dari Fukuda Geological Institute dan Mr Isamu Kuboki dari JICA Jepang.

Program CCS ini untuk mewujudkan industrialisasi atau pertambangan migas yang lebih ramah lingkungan. ''Blora patut berbangga karena dijadikan pilot project CCS,'' kata Bupati Djoko Nugroho saat menyampaikan sambutan di sosialisasi tersebut.

Program CCS adalah program yang kali pertama dilaksanakan di Indonesia bahkan di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Penerapan teknologi CCS ini dinilai ramah lingkungan karena dapat mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) di udara yang menjadi penyebab pemanasan global yang ditimbulkan dari pabrik, pembangkit listrik dan pengolahan minyak. Dengan teknologi itu, akan membuat udara menjadi lebih bersih.

Secara teknis, CO2 dari Blok Gundih akan ditangkap kemudian direkayasa sedemikian rupa menjadi cairan dan selanjutnya diinjeksi ke bumi. Proses CCS terdiri dari tangkap, angkut dan simpan. Jika program ini berhasil maka Blora akan bisa menurunkan kadar emisi CO2 dan sekaligus keberhasilan nasional. (am/ip-ib)

Subscribe to receive free email updates: