SJO PURWAKARTA. Raungan ambulans terdengar kencang. Tepat di depan pintu masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit (RS) Siloam Purwakarta, ambulans tersebut berhenti. Dua orang petugas dengan sigap membuka pintu ambulans dan memindahkan pasien ke ranjang pasien dengan telaten.
Pasien pun dibawa masuk ke ruang IGD dengan segera. Dokter jaga langsung menghampiri dan bertanya keluhan yang dialami pasien. Rupanya, pasien tersebut mengaku tangan kanannya tiba-tiba mati rasa, tidak bisa digerakkan sama sekali. Suara pasien tersebut agak cadel dan kurang jelas.
Diagnosa awal, pasien terkena serangan stroke. Dokter jaga langsung memberitahu Kepala UGD untuk berkoordinasi dengan pusat informasi di ruang sekuriti. Sejurus kemudian pengumuman terdengar Code S, Code S, Code S!
Tak sampai dua menit petugas radiologi, laboratorium, dan pendaftaran berdatangan untuk menjalankan tugasnya masing-masing dalam menangani pasien stroke tersebut.
Kira-kira seperti itulah gambaran alur penanganan super cepat pasien stroke di RS Siloam Purwakarta yang dikenal dengan layanan Code S. Ketepatan waktu dan kecepatan penanganan menjadi vital bagi pasien stroke. Semakin cepat ditangani semakin besar pula peluang dapat ditangani.
Hal inilah yang disampaikan Head Div AMA SHPW RS Siloam Purwakarta dr Hermas Irawan di hadapan para awak media yang menghadiri Media Gathering terkait layanan Code S RS Siloam, Rabu (22/3).
"Layanan Code S untuk penanganan stroke di masa golden hour atau 3 jam pertama dihitung sejak terjadinya serangan. Karena itu, ketika terlihat gejala stroke, langsung saja menghubungi ambulans. Dan untuk
ini Siloam memiliki layanan ambulans gratis dengan menghubungi 1500 911," ujarnya.
Ada pun sejak pasien didiagnosa mengalami stroke dan alarm Code S terdengar, kata Hermas, maka ada standar waktu yang ditetapkan hingga pasien masuk ke ruang CT Scan.
"Yakni kurang dari 25 menit," ujarnya.
Hal senada disampaikan dokter spesialis saraf dr Murti Astuti Sp.S yang juga hadir menyampaikan materi terkait stroke.
"Stroke terjadi karena hilangnya fungsi otak yang disebabkan gangguan supply darah ke otak. Stroke ini bisa menyebabkan kecacatan. Di Siloam sendiri jumlah pasien stroke rata rata 1-2 pasien per hari," kata Murti.
Dijelaskannya, gejala stroke pada umumnya dikenal dengan FAST, yakni Face (wajah) yang tak simetris, Arm (lengan) salah satunya lumpuh, Speech (berbicara) tak jelas dan agak cadel, serta Time (waktu).
"Alur Code S di bawah 25 menit. Ketika pasien datang langsung diperiksa kalau ditengarai ada kriteria stroke, Code S langsung berbunyi. RMO (dokter jaga) menstabilkan pasien, sementara bagian radiologi menyiapkan CT Scan. Petugas laboratorium dan pendaftaran ke IGD mendatangi pasien, ini merupakan gerakan jemput bola. Pasien kemudian masuk ruang CT Scan dan mendapatkan penanganan lanjutan," katanya.
Code S ini, kata dia, dapat menghemat waktu yang biasanya cukup banyak terbuang.
"Misalnya saat mendaftar, menunggu dokter, dan lainnya. Padahal waktu yang menjadi penentu signifikan," ujarnya.
Stroke, kata Murti, terbagi menjadi dua macam. Keduanya adalah karena darah tersumbat (iskemik) dengan penanganannya diberikan obat pengencer darah.
"80 persen pasien stroke rata-rata diakibatkan sumbatan. Iskemik ini tingkat kematiannya rendah namun tingkat kecatatan tinggi," katanya.
Ada pun stroke yang kedua akibat pendarahan (hemoragic) dengan penanganan dihentikan pendarahannya.
"Kasus ini tingkat kematiannya relatif lebih besar dan terjadi 20 persen dari total penyebab stroke," pungkas Murti. (DeR)
Ada pun sejak pasien didiagnosa mengalami stroke dan alarm Code S terdengar, kata Hermas, maka ada standar waktu yang ditetapkan hingga pasien masuk ke ruang CT Scan.
"Yakni kurang dari 25 menit," ujarnya.
Hal senada disampaikan dokter spesialis saraf dr Murti Astuti Sp.S yang juga hadir menyampaikan materi terkait stroke.
"Stroke terjadi karena hilangnya fungsi otak yang disebabkan gangguan supply darah ke otak. Stroke ini bisa menyebabkan kecacatan. Di Siloam sendiri jumlah pasien stroke rata rata 1-2 pasien per hari," kata Murti.
Dijelaskannya, gejala stroke pada umumnya dikenal dengan FAST, yakni Face (wajah) yang tak simetris, Arm (lengan) salah satunya lumpuh, Speech (berbicara) tak jelas dan agak cadel, serta Time (waktu).
"Alur Code S di bawah 25 menit. Ketika pasien datang langsung diperiksa kalau ditengarai ada kriteria stroke, Code S langsung berbunyi. RMO (dokter jaga) menstabilkan pasien, sementara bagian radiologi menyiapkan CT Scan. Petugas laboratorium dan pendaftaran ke IGD mendatangi pasien, ini merupakan gerakan jemput bola. Pasien kemudian masuk ruang CT Scan dan mendapatkan penanganan lanjutan," katanya.
Code S ini, kata dia, dapat menghemat waktu yang biasanya cukup banyak terbuang.
"Misalnya saat mendaftar, menunggu dokter, dan lainnya. Padahal waktu yang menjadi penentu signifikan," ujarnya.
Stroke, kata Murti, terbagi menjadi dua macam. Keduanya adalah karena darah tersumbat (iskemik) dengan penanganannya diberikan obat pengencer darah.
"80 persen pasien stroke rata-rata diakibatkan sumbatan. Iskemik ini tingkat kematiannya rendah namun tingkat kecatatan tinggi," katanya.
Ada pun stroke yang kedua akibat pendarahan (hemoragic) dengan penanganan dihentikan pendarahannya.
"Kasus ini tingkat kematiannya relatif lebih besar dan terjadi 20 persen dari total penyebab stroke," pungkas Murti. (DeR)