Arturo Lascañas |
Lascañas mengatakan pekerjaan mereka adalah membunuh para pelaku kriminal, tanpa pengadilan atau proses yang seharusnya. "Semua bentuk geng kriminal, kejahatan terorganisir, termasuk penculikan, pencurian, pembunuhan, dan seterusnya. Namun, kemudian kami akan membentuk kelompok terpilih dari unit kami, karena komposisi dari unit kami, kalau saya tidak salah, lebih dari 50 personel."
"Sejak Lascañas berusia 21 tahun sampai pensiun, dia telah membunuh lebih dari 200 oraang dan bertanggung jawab secara tidak langsung atas kematian dua saudara kandungnya karena kepatuhan buta, loyalitas buta pada aksi ini. Dia menyatakan dirinya sebagai korban.
#404040">Lascañas memerintahkan pembunuhan terhadap dua saudara kandungnya. Kolega-kolega nya di kepolisian memberitahu bahwa adiknya terlibat narkoba. Karena malu kalau Wali Kota Rudi (Duterte) sampai tahu. Akhirnya Lascañas bilang ke mereka bahwa mereka bisa beraksi terhadap adiknya . Jika dia melawan, tangkap dan bunuh dia. Dan dia pun dibunuh. Adik saya yang kedua juga sama. Lascañas bilang ke mereka 'beraksi terhadap adiknya dan jika melawan, bunuh. Dan dia dibunuh."
Berdasarkan data kepolisian lebih dari 8.000 orang telah tewas sejak Duterte menjabat Presiden Filipina pada bulan Juni 2016 lalu.
Sepanjang kariernya bersama skuat maut di Davao, Lascañas mengaku biasa dibayar antara 20.000 hingga 100.000 peso untuk setiap orang yang dibunuh. Bahkan, menurutnya, dia menerima tunjangan dari kantor Duterte manakala yang bersangkutan masih menjabat wali kota.
Ancaman bahwa dirinya akan dituntut dan juga ada orang-orang yang mencarinya " kata Lascañas kepada wartawan Filipina sesaat sebelum bertolak ke Singapura.Setelah berbulan-bulan hidup dalam persembunyian, Arturo Lascañas kabur ke Singapura. Dia meninggalkan Filipina pada Sabtu (08/04) malam menggunakan maskapai Tiger Airways.
Merupakan pertama kalinya Lascañas meninggalkan Filipina. Kepada imigrasi Filipina, dia menunjukkan tiket pulang dari Singapura pada 22 April. Namun, belum jelas apakah dia akan kembali.
"Saya yakin saya akan dipenjara atau dibunuh. Kemungkinannya hanya satu dari dua itu. Hidup saya ada di tangan Tuhan." ungkapnya.*** Novie Koesdarman
Berdasarkan data kepolisian lebih dari 8.000 orang telah tewas sejak Duterte menjabat Presiden Filipina pada bulan Juni 2016 lalu.
Sepanjang kariernya bersama skuat maut di Davao, Lascañas mengaku biasa dibayar antara 20.000 hingga 100.000 peso untuk setiap orang yang dibunuh. Bahkan, menurutnya, dia menerima tunjangan dari kantor Duterte manakala yang bersangkutan masih menjabat wali kota.
Ancaman bahwa dirinya akan dituntut dan juga ada orang-orang yang mencarinya " kata Lascañas kepada wartawan Filipina sesaat sebelum bertolak ke Singapura.Setelah berbulan-bulan hidup dalam persembunyian, Arturo Lascañas kabur ke Singapura. Dia meninggalkan Filipina pada Sabtu (08/04) malam menggunakan maskapai Tiger Airways.
Merupakan pertama kalinya Lascañas meninggalkan Filipina. Kepada imigrasi Filipina, dia menunjukkan tiket pulang dari Singapura pada 22 April. Namun, belum jelas apakah dia akan kembali.
"Saya yakin saya akan dipenjara atau dibunuh. Kemungkinannya hanya satu dari dua itu. Hidup saya ada di tangan Tuhan." ungkapnya.*** Novie Koesdarman