London, Info Breaking News - Testosteron bukan hanya memungkinkan seorang pria untuk memiliki ereksi dan hasrat seksual (libido). Selain itu, testosteron juga penting untuk mempertahankan massa otot, tulang yang sehat dan suasana hati yang positif.
Seiring bertambahnya usia, pria mengalami Sindrom Defisiensi Testosteron (TDS) atau disebut dengan hipogonadisme.
Data dari sebuah studi menunjukkan, terdapat 38,7 persen pria dengan usia di atas 45 tahun memiliki kadar testosteron kurang dari kadar normal (kurang dari 300ng/mL). Sebanyak 30 persen pria dengan rentang usia 40 tahun sampai 79 tahun, mengalami TDS.
Dokter spesialis andrologi, dr Nugroho Setiawan MS SpAnd, mengatakan, pria umumnya tidak mengetahui bahwa gangguan seksual yang dialami disebabkan oleh hipogonadisme.
"Hipogonadisme merupakan gejala klinis dimana seorang pria mengalami kekurangan testosterone akibat testis gagal memproduksi testosteron fisiologis," ungkap dr Nugroho di sela diskusi yang dihadiri kalangan media di London, belum lama ini.
Kondisi ini, lanjut dia, dapat dialami oleh seorang pria sejak dari lahir ataupun dialami oleh seorang pria pada usia yang semakin lanjut. Pada umumnya hipogonadisme banyak dialami oleh seorang pria akibat penambahan usia.
"Namun, kondisi ini banyak tidak disadari oleh pria karena masih kurangnya informasi," tambahnya.
Menurut dr Nugroho, TDS secara umum masih jarang terdiagnosa. Menurut penelitian di Inggris ditemukan bahwa saat ini sekitar 414.000 pria atau 18 persen mengalami Disfungsi Ereksi (DE). Sementara itu, kurang dari 5 persen dari pria yang terdiagnosa dan sekitar 39.000 pria di Inggris mendapatkan terapi testosteron.
"Sayangnya, banyak pria yang mengabaikan gejala-gejala seperti penurunan libido, disfungsi ereksi, mudah lelah, mudah berkeringat, dan penambahan lingkar pinggang. Seringkali kondisi ini dianggap lazim karena dikaitkan dengan penambahan usia," jelas dr Nugroho.
Padahal, lanjut dia, gejala tersebut menunjukkan seorang pria telah mengalami TDS. Dampak TDS yang sangat mengganggu bagi pria baik secara psikologis dan kesehatan adalah penurunan libido dan DE.
"Karenanya, tidak perlu malu untuk berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami gejala TDS seperti penurunan libido dan DE," kata dia.
Melalui konsultasi dan pemeriksaan, lanjut dr Nugroho, penderita TDS akan mendapatkan terapi yang tepat dengan kondisi kesehatannya. Salah satu terapi TDS yaitu dengan terapi sulih hormon testosteron seperti testosteron undekanoat.
"Kita harus tahu akar permasalahannya sehingga pengobatan dapat efektif dan kualitas hidup dapat diperbaiki," jelasnya.
Meski demikian, dr Nugroho menegaskan, gejala-gejala TDS dapat berbeda pada setiap individu. Kalangan medis memberikan diagnosa TDS dengan melihat gejala dan hasil tes darah yang mengukur kadar testosteron.
"Oleh sebab itu dianjurkan bagi pria yang mengalami gejala-gejala defisiensi testosteron untuk segera berkonsultasi dan memeriksa kadar testosteronnya secara teratur untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga kualitas hidup juga menjadi lebih baik," tambahnya. *** Farah Dhiba.