Penulis : Hendra T
Sabtu 17 Juni 2017
PROBOLINGGO,KraksaanOnline.com - Puasa merupakan pelajaran moral dan budi pekerti yang luhur tentang kesabaran, kejujuran, keadilan dan keharmonisan dalam kebhinekaan. Hal ini disampaikan oleh Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid pada acara buka puasa bersama di Pasar Semampir Kraksaan, Sabtu (17/06) sore.
Kehadiran Ny. Shinta sore itu didampingi Bupati Probolinggo Hj. Puput Tantriana Sari, SEdan Mustasyar NU Kabupaten Probolinggo dan Kota Kraksaan Drs. H. Hassan Amunuddin, M.Si. Halaman parkir dan jalan sekitar Pasar Semampir dipadati masyarakat Kota Kraksaan dari berbagai kalangan.
Silaturrahim dengan masyarakat Kota Kraksaan ini merupakan yang kesekian kalinya dilakukan oleh istri Ketua Umum PBNU 1984-2000 dan Ibu Negara 1999-2001 ini. Kali ini Dengan tema " Dengan Berpuasa kita Genggam Erat Nilai Demokrasi dan Kebhinekaan."
justify" align="justify">
Shinta mengajak untuk meningkatkan dan membangkitkan jiwa kebangsaan dan kebhinekaan di tengah cobaan dan rongrongan yg sedang dialami negara Indonesia dewasa ini. "Pancasila adalah dasar negara yang merupakan falsafah bangsa dan pegangan hidup masyarakat Indonesia," jelasnya.
Lebih lanjut Sihnta menghimbau agar setiap warga negara Indonesia harus mampu merawat, menjaga dan membela Pancasila sampai kapanpun. "Siapapun yang akan merubah dan menggantinya pasti akan dilarang karena Pancasila merupakan hasil rumusan para leluhur Indonesia sesuai dengan adat istiadat dan budaya rakyat Indonesia ," tegasnya.
Di tengah sambutannya Shinta mengabsen masyarakat yang hadir dengan menanyakan suku, ras, dan agama masyarakat yang hadir. Dari situ diketahui bahwa masyarakat yang hadir bersala dari berbagai suku dan ras antara lain suku Jawa, Madura, Sunda, Padang, Arab dan Cina. Selain tokoh agama islam ada juga tokoh Kristen, Khatolik, Hindu dan Budha yang hadir. "Inilah miniatur Indonesia, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dengan segala kebhinekaannya" ungkapnya.
Dari dialog yang berlangsung sore itu muncul sebuah ikrar dan kesepakatan yang menyatakan bahwa masyarakat Kraksaan adalah masyarakat Indonesia dan sama-sama tinggal di Indonesia dan semua yang tinggal di indonesia adalah saudara sejati dan harus bisa merajut tali persaudaraan diantara sesama masyarakat Indonesia itu.
"Kalau semua ini adalah saudara apa masih pantas kita saling memfitnah dan menghujat, saling berebut dan bertengkar? Marilah kita semua hidup saling menghargai dan berdamai, saling menolong." pungkasnya.
Secara terpisah Bupati Tantri sangat mendukung apa yang disampaikan Ny. Shinta Nuriyah. Menurutnya, menjaga keutuhan kesatuan bangsa adalah tanggung jawab bersama. "Apa yang disampaikan oleh ibu Nyai tadi harus diperhatikan dan dipraktekkan, Indonesia ini berbeda beda namun tetap satu. Janganlah memandang kebhinekaan sebagai suatu masalah, namun pandanglah kebhinekaan ini sebagai suatu berkah yang indah," ujar Bupati Tantri. (dra/maz)
Editor : Dimaz
Photography : Rumput Liar